JOGYAKARTA, SKR.COM – Dandim 1202/Singkawang, Letkol Arm Victor J.L Lopulalan S.Sos, mengharapkan Kota Singkawang menjadi Center of Tolerant di Indonesia dan bisa menjadi contoh dari daerah-daerah lain dalam mengelola keberagaman. Untuk itu dirinya mengajak masyarakat Kota Singkawang untuk terus merawat dan menjaga kerukunan. Hal ini disampaikannya saat mendampingi Walikota Singkawang memberikan kuliah umum tentang Toleransi Multikulturalisme Masyarakat Singkawang di Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada (UGM) kemarin, Selasa (29/10/19)
Kuliah Umum serta diskusi tersebut digelar oleh pihak UGM dalam rangka mengapresiasi Kota Singkawang yang mendapat predikat nomor satu sebagai Kota Tertoleransi Tingkat Nasional. Dan saat ini menjadi salah satu lokasi kajian oleh UGM.
“Tentunya masyarakat Singkawang patut berbangga wilayahnya menjadi pusat studi penelitian, diantaranya menyangkut soal nilai-nilai khususnya kota tertoleransi se- Indonesia. Semoga kedepan Singkawang dapat menjadi center of tolerant di Indonesia dan bisa dicontohi dari daerah-daerah lain” kata Dandim 1202/Singkawang.
Dandim 1202/Singkawang, Letkol Arm Victor J.L Lopulalan S.Sos, mengaku bahwa dirinya bersama Forkopimda Singkawang merasa senang bahwa ada universitas ternama di Indonesia seperti UGM yang tertarik ingin mengetahui lebih dalam tentang kebhinekaan dan keberagaman multi kultural baik etnis dan budaya Kota Singkawang.
Sedangkan WaliKota Singkawang, Tjhai Chui Mie, dalam kuliah umumnya kemarin menyampaikan, bahwa Kota Singkawang merupakan kota yang luar biasa kemajemukannya yang bisa dilihat dari multi etnis yaitu terdapat 17 etnis dengan 3 suku besar yaitu Tionghoa, Dayak dan Melayu namun semua dipersatukan oleh Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Sementara itu, Kepala Laboratorium Filsafat Nusantara UGM, Dr Rizal menjelaskan, melalui paparan dan pemahaman dari Walikota Singkawang, maka para Mahasiswa dan Dosen Fakultas Filsafat, mendapatkan gambaran yang luas tentang Kota Singkawang dan toleransinya. Hal ini sesuai dengan lokus penelitian di Singkawang, yang menitikberatkan pada perbedaan.
“Karena dengan adanya perbedaan yang dijaga melalui sikap toleransi yang tinggi, maka akan membentuk suatu persatuan yang kuat. Dulu saya pernah tinggal di Singkawang, karena saya memang putra Singkawang. Saya meninggalkan Singkawang pada 1974, untuk merantau ke pulau Jawa,” ujarnya.
Hadir juga dalam kegiatan tersebut di antaranya Wakil Walikota Singkawang, Kapolres Singkawang, Ketua MUI, Kepala Kantor Agama Kota Singkawang, dan Sekretaris FKUB. Sementara perwakilan dari UGM di antaranya Wakil Dekan Bidang Keuangan, Para Civitas Akademik dan Mahasiswa Fakultas Filsafat UGM. (Tpr)