SINTANG, SKR – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang, Nekodimus mengatakan bahwa ketika akses jalan ke desa-desa rusak parah, otomatis angkutan menjadi terhambat. Biaya angkutnya juga jadi lebih mahal. “Dampaknya, harga-harga barang menjadi semakin mahal pula. Kondisi ini mulai dikeluhkan masyarakat saat ini,” ujarnya.
Kondisi inilah yang dialami masyarakat di desa-desa Kabupaten Sintang. Makanya saat reses reses II tahun 2022 dengan mengunjungi lima desa di Kecamatan Tempunak yakni Desa Mensiap Baru, Desa Benua Kencana, Desa Riam Batu, Desa Jaya Mentari dan Desa Pekulai Bersatu. Sekitar 90 persen masyarakat mengharapkan perbaikan infrastruktur jalan. Saat ini infrastruktur jalan rusak parah dan perlu perbaikan. Karena saat ini ketika jalan-jalan rusak, komoditi sawit milik masyarakat tidak terjual. Bagaimana tidak, harga tandan buah segar (TBS) yang murah tidak sebanding dengan biaya angkut. Itu yang jadi masalah.
Nekodimus yang merupakan Legislator dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Sintang ini kemudian mengungkapkan harga TBS di pabrik yang sangat rendah. Yakni dikisaran Rp 1200 atau Rp 1400 per kilogram. Dengan kondisi TBS yang murah, warga mulai enggan panen maupun melakukan pemeliharaan kebun sawit. Sudahlah harga barang di kampung mahal, TBS murah, ditambah lagi harga BMM jenis solar yang mahal bahkan susah didapat. Belum lagi harga pupuk yang mahal. Kemudian untuk mendapatkan pupuk subsidi sangat susah sekali di pasaran.
Selain minta jalan saat reses, banyak juga keluhan lain. Untuk masalah telekomunikasi, masyarakat paham bukan kewenangan pemerintah kabupaten. Begitu juga soal listrik. Tapi di Kecamatan Tempunak sebagian besar sudah masuk listrik. “Intinya masyarakat sangat berharap jalan-jalan yang rusak diperbaiki pemerintah. Mengingat jalan sangat vital bagi kepentingan semua sektor,” ujarnya.