Kemitraan Petani Plasma dengan Perusahaan Menurut Pandangan Nekodimus

SINTANG, SKR – Sektor perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu investasi yang paling banyak di Kabupaten Sintang. Sayangnya investasi itu kerap menimbulkan banyak keluhan masyarakat terkait pola kemitraan. Masyarakat khususnya petani plasama kerap mendapat hasil yang jauh dari harapan meski sudah menyerahkan lahan.

Menyikapi hal tersebut, Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang, Nekodimus memberikan pandangannya terkait pola kemitraan yang sesungguhnya. Yakni dengan mengelola kebun inti dan kebun plasma dengan baik. Atau dengan kata lain, kedua kebun diperlakukan sama oleh perusahaan. Tidak dibeda-bedakan penangananya di lapangan.

“Perusahaan hendaknya hendaknya memperlakukan sama kebun inti dan kebun plasma. Jangan sampai plasma diberikan lahan yang tidak layak. Kebun inti dan kebun plasma harus mendapat perlakuan sama, itulah kemitraan,” tegas Nekodimus ketika mengingatkan PT Buana Hijau Abadi (PT BHA 2) dari Grup Hartono Plantation Indonesia (HPI Group) saat raker membahas selisih lahan petani plasma di DPRD Sintang.

Perlakuan sama yang dimaksud politisi Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) ini, bisa terkait dengan pemeliharaan kebun, pemupukan, perawatan dan lain sebagainya. Kalau itu tidak dilakukan atau diperlakukan berbeda antara inti dan plasma, itu namanya diskriminasi, bukan mitra. Mitra itu posisinya sejajar dan diperlakukan sama. Makanya ini harus menjadi catatan pihak perusahaan perkebunan. Jangan hanya kebun inti saja yang dirawat, dipelihara dengan baik. Kebun plasma malah tidak dirawat.

“Kalau kalau kebun plasma tidak dipelihara dengan baik namun kebun inti dirawat dengan baik, petani plasmaboleh menuntut. Karena semua kewenangan maupun keuangan untuk merawat kebun ada pada perusahaan,” ujar Nekodimus.

Pria yang akrab disapa Niko ini meyakini, apabila kebun plasma dirawat dengan baik pihak perusahaan, tidak akan terjadi masalah di lapangan. Keributan yang terjadi karena plasma tidak dirawat. Hasil tidak ada. Hutang bertambah.

Posting Terkait