Kena DBD, Pelajar SMKN 1 Melawi Meninggal

MELAWI, SKR.COM – Meskipun sudah banyak warga Desa Tanjung Arak Kecamatan Pinoh Utara yang terkena Demam Berdarah Dangue (DBD), Namun Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Melawi belum juga melakukan tindakan ke desa tersebut. Bahkan hingga seporang warga atas nama Diki, pelajar SMK N 1 Nanga Pinoh meninggal karena terkena kasus DBD di desa tersebut.

“Sudah banyak yang terkena DBD di Desa Tanjung Arak ini. Namun tindakan Dinas Kesehatan tidak ada. Paling tidak seharusnya mereka melakukan foging. Padahal sudah ada warga melaporkannya kasus DBD di Desa Tanjung Arak ini ke Dinkes,” kata Idal Ratmi, warga Desa Tanjung Arak, Senin (12/1).

Idal memgatakan, Diki seorang pelajar asal Desa Tanjung Arak tersebut meninggal di hari ke empat terkena DBD. Awalnya Korban terkena DBD di Desa Tanjung Arak.

Namun karena tenaga kesehatan yang bertugas di desa Tanjung Arak tidak ada di tempat, terpaksa hanya dirawat di rumah. Hari kedua baru dibawa ke Rumah Sakit Citra Husada (RSCH).

“DBD ini sudah sampai memakan korban begini, Dinkes tidak juga tanggap, memang keterlaluan sekali,” paparnya.

Kasus DBD yang  sudah sering kali menyerang warga Desa Tanjung Arak tersebut, membuat warga sangat khawatir. Terlebih tindakan dari Dinkes, seperti melaukan foging dan yang lainnya.

“Tidak tau kasus DBD ini akan menyerang siapa lagi, kami sangat khawatir,” ucapnya.

Sementara, terhadap tindakan medis apabila ada yang sakit, warga Desa Tanjung Arak sendiri sangat kesulitan. Sebab tenaga medis atau Bidan yang bertugas disana sangat jarang sekali di tempat, bahkan dating pada saat melakukan posyandu saja. Sehingga ketika ada warga yang sakit, terpaksa obat yang dijual di tokolah yang menjadi tindakan pertama.

Padahal, tenaga medis sangat dibutuhkan di desa-desa, maka untuk itulah pemerintah membuka penerimaan pegawai negeri pada formasi kesehatan. Supaya desa-desa yang belum memiliki tenaga kesehaatan bisa mengabdi dengan bertugas di tempat yang ditetapkan pemerintah.

Namun kenyataannya, sumpah janji jabatan PNS, yang diucapkan lebih banyak dianggap sebagai acara seremonial. Pemerintah juga harus jeli terhadap pegawai-pegawai yang bertugas di desa-desa, sebab tidak menutup kemungkinan lebih banyak di dalam kota dibandingkan bertuags di desa, meskipun fasilitas dan rumah dinas sudah ada.

Seperti halnya tenaga kesehatan yang di tugaskan ke desa-desa, tidak menutup kemungkinan pula, lebih banyak bekerja di tempat praktek, meskipun gaji sebagai pegawai negeri juga diterimanya. (Irawan)

Posting Terkait