SINTANG, SKR – Hingga saat ini, anjloknya harga tandan buah segar (TBS) dikeluhkan oleh petani di seluruh indonesia. Keluhan serupa juga disampaikan petani sawit mandiri kabupaten sintang. Mengingat anjloknya harga sawit atau TBS saat ini tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan petani untuk perawatan kebun. Belum lagi ditambah masalah lain yakni harga pupul yang mahal.
Menurut Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang dari Fraksi Partai Golongan Karya (Golkar), anjloknya harga sawit juga disampaikan warga perbatasan pada dirinya saat menggelar reses di Senaning, Kecamatan Ketungau Hulu. Kecamatan Ketungau Hulu ini merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan negara bagian Serawak, Malaysia.
“hingga saat ini petani sawit mandiri sangat terpukul atas anjloknya harga tandan buah segar (TBS) di pasaran. Mengingat, harga TBS sangat rendah. Bahkan ada TBS petani yang tak dibeli pabrik. Keluhan soal harga TBS murah dan tak dibeli pabrik ini disampaikan warga saat saya reses di Kecamatan Ketungau Hulu beberapa waktu lalu,” ungkap Melkianus yang juga Sekretaris Komisi C DPRD Kabupaten Sintang ini.
Oleh karena itu, kata legislator Partai Golongan Karya (Golkar) ini, masyarakat khususnya petani sawit mandiri meminta kepada Bupati Sintang melalui dinas terkait bersama DPRD untuk dapat memfasilitasi dan memberikan solusi. Solusi ini sangat diharapkan oleh warga. Karena ada beberapa pabrik tidak menerima TBS petani sawit mandiri. Pabrik lebih memprioritaskan buah inti. Kalaupun ada pabrik yang membeli buah petani, harganya sangat murah. Kalau kondisi ini dibiarkan maka akan berpengaruh pada penghasilan atau ekonomi dari petani sawit mandiri. Terlebih banyak sekali masyarakat Kabupaten Sintang yang menggantungkan hidupnya dengan mencari rezeki sebagai petani sawit mandiri yang dimaksud.