SINTANG, SKR – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang, Nekodimus meni Niko menilai, kelangkaan pupuk saat ini terjadi secara nasional. Kelangkaan ini merupakan dampak dari perang Rusia dan Ukraina. Karena bahan pupuk ini kan banyak diimpor dari Rusia, Turki juga. Jadi bahan dasarnya itu masih banyak dari luar negeri.
“selain itu terjadinya resesi ekonomi akibat pengaruh covid 19, ditambah sekarang sekarang ini proses perang Rusia Ukraina, tentunya sangat berdampak sekali pada banyak produk. Sehingga harga-harga menjadi mahal. Dan ini bukan hanya terjadi pada kita saja tapi seluruh dunia. Dan kita sendiri bahan bakunya terbatas, mau tidak mau harus impor. Karena barang ini impor dari luar, jadi kita harus menyesuaikan harga yang ada. Oleh karena itu, kedepan kita berharap pemerintah pusat mencari solusi atas persoalan ini. Mungkin kita bisa mencari alternatif bahan baku di dalam negeri, sehingga kita tidak bergantung dengan negara luar. Kalau hal itu bisa dilakukan, saya yakin harga pupuk bisa turun. Tetapi selama masih melakukan impor dari luar, resikonya harga pupuk mahal. Karena harga bahan baku tinggi, biaya pengangkutan juga tinggi akan berdampak pada harga pupuk yang mahal,” terangnya.
Legislator Partai Hanura ini menyampaikan aspirasi petani yang mengeluhkan tingginya harga pupuk di Bumi Senentang. Padahal ketersediaan pupuk yang terjangkau tersebut sangat penting untuk meningkatkan produksi petani. Seluruh petani mengeluhkan harga pupuk yang mahal. Apalagi tahun ini. Mahalnya harga pupuk ini dikeluhkan oleh semua petani, baik itu petani karet, petani sawit dan petani lada. Harga pupuk sekarang tidak seimbang dengan harga-harga hasil pertanian sekarang ini. Jika kondisi ini dibiarkan lama maka petani akan terus merugi. Masyarakat sangat mengharapkan harga pupuk yang terjangkau. Saat ini harganya sangat mahal, ditambah lagi pupuk subsidi susah didapat.