JAKARTA, SKR.COM – Tidak kurang dari 453 ribu netizen di Instagram tni_angkatan_darat, menyaksikan dan memberikan komentar tentang momen keharuan ketika Kopka M. Tauchid dan anaknya (Letda Kav Bagas Yoga Satriya Aji) dilantik menjadi Perwira oleh Presiden Ir. Joko Widodo beberapa waktu silam.
Mungkin sebagian menganggap sebagai perstiwa yang langka, namun sesungguhnya di dalamnya terdapat kisah inspiratif tentang doa dan perjuangan orang tua dalam mendidik dan mendukung anaknya agar lebih maju daripada mereka.
Hal itu seperti yang diceritakan oleh Letda Kav Bagas Yoga Satriya Aji, saat ditemui Tim Dispenad, di sela-sela Tradisi Penerimaaan Perwira TNI AD Abituren Akmil, Pa PK dan NDA (National Defence Academy) di Mabesad, Jakarta, Kamis (1/8/2019).
“Momen itu, memiliki makna yang luar biasa. Tidak hanya bagi saya, namun juga sebagai bukti kepada orang tua, bahwa doa dan perjuangan beliau tidak sia-sia,” ungkapnya.
“Sejujurnya, ketika itu rasa haru dan bangga yang muncul bukan hanya karena dilantik jadi Letnan Dua, namun membayangkan bagaimana Bapak yang seorang Tamtama, begitu ulet dan teguh dalam memotivasi saya masuk Akmil,” tambah Bagas sambil menerawang.
Demikian juga Ibu, lanjut Bagas, ketika dipeluk erat dan dicium beliau, yang dirasakan seolah-olah Ibu melepaskan beban berat sekaligus harapan tinggi, yang selama ini dipendamnya.
“Ketika itu, saya tiak bisa berbuat apa-apa, sehingga secara naluri, saya hanya bersimpuh di kaki Ibu untuk memanjatkan syukur kepada Allah Swt serta berterima kasih kepada Ibu serta mendoakan beliau agar senantiasa sehat dan mendapatkan kemuliaan dari-Nya,” ucap Bagas dengan mata berkaca-kaca.
Sambil menarik nafas, lantas Bagas pun melanjutkan cerita tentang kisah perjalanannya.
“Ketika orang tua tahu saya sangat ingin menjadi prajurit. Dengan penuh keyakinan, Bapak mendorong saya untuk mendaftar di SMA Terpadu Krida Nusantara (SMAT KN), alhamdulillah lulus,” ujar Bagas.
“Di (SMAT) KN itu, saya mendapatkan segalanya. Tidak hanya pelajaran akademik, namun juga gemblengan fisik dan mental, selayaknya yang saya dapatkan di Akmil. Tapi dalam porsi yang berbeda, tentunya,” tambahnya.
Sebagai sekolah yang menerapkan pendidikan semi militer, sekolah yang terletak di Bandung ini mewajibkan siswanya tinggal di asrama.
“Agar menjadikannya sebagai individu yang mandiri sejak dini, seluruh siswanya hidup dalam asrama dan dididik untuk selalu menjunjung tinggi nilai disiplin,” jelas Bagas.
“Namun berkat `dukungan dan doa orang tua yang tiada henti, mendorong saya untuk bisa berprestasi dan akhirnya saya mendapatkan beasiswa dari sekolah,” sambungnya.
“Bekal ilmu, pengetahuan, fisik dan mental serta harapan orang tua itu yang menguatkan dan membulatkan tekad saya untuk mendaftar dan lulus Akmil, seperti saat ini,” tutur pria kelahiran 1997 itu.
Ketika disinggung tentang pangkat ayahnya yang berpangkat Kopral, Bagas menyampaikan bahwa dirinya tidak pernah merasakan minder dan rendah diri, karena baginya sosok Bapak merupakan teladan dan pelita bagi keluarga.
“Selain selalu mengajarkan saya dan adik, Alya Rahma Wulandari untuk tidak pernah merasa rendah diri, Bapak selalu meminta kita untuk tekun belajar, yaitu belajarlah yang tekun, dengan ilmu yang kamu miliki, orang lain akan menghormatimu, “tambah Bagas mengutip pernyataan ayahnya.
Hikmah yang dialami ini, membuat Bagas semakin bersemangat untuk memberikan pengabdian yang terbaik bagi rakyat dan bangsa Indonesia.
“Pangkat dan jabatan merupakan amanah. Saya ingin membayar doa dan perjuangan orang tua selama ini dengan pengabdian terbaik kepada bangsa dan ini yang dapat saya lakukan, “pungkasnya.
Secara terpisah, saat dihubungi melalui telepon, Kopka M. Tauchid yang sehari-hari berdinas di Brigif Para Raider 17/Kujang Divif 1 Kostrad mengatakan bahwa keberhasilan yang diraih anaknya itu merupakan berkah sekaligus amanah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Di awalnya M. Tauchid sempat pesimis, dan berpikir apakah anak Kopral bisa lulus ketika mengikuti seleksi menjadi calon Perwira TNI AD (Akmil).
”Akhirnya keraguan itu pun berhasil ditepis, ketika Bagas dinyatakan lulus jadi Taruna Akmil dan dilantik menjadi Letnan Dua (kecabangan) Kavaleri,” ujarnya dengan nada gembira.
Penyampaian M.Tauchid juga diamini sang istri, Siti Basiroh, bahwa motivasi anaknya untuk mengikuti seleksi begitu tinggi.
“Saking bersemangatnya, tak jarang Bagas menghabiskan waktu bermainnya hanya untuk belajar dan belajar. Tanpa disuruh untuk belajar,” ungkap Siti Basiroh, Kamis (1/8/2019).
“Bagas selalu disiplin dalam mengatur waktu. Tahu kapan waktu belajar dan rutin membina latihan fisik di areal lapangan Brigif Kujang, “urainya.
Bagi ibu yang kesehariannya mengajar di TPA ini, anaknya merupakan pribadi yang tahu betul keadaan orang tuanya.
“Jarang sekali meminta uang jajan, apalagi hanya sekadar untuk jalan-jalan. Lebih banyak waktunya dihabiskan untuk membaca dan belajar,” tuturnya. (Dispenad)