Petani Sawit Mandiri Harapkan Perhatian Pemerintah

Rakimin (menggunakan topi) bersama rekannya ketika mengambil titik koordinat perkebunan sawit miliknya

MELAWI, SKR.COM – Di Melawi, cukup banyak petani yang membangun sawit secara swadaya atau mandiri. Namun sayangnya sawit-sawit yang ditanam tersebut jarang sekali meenemukan keberhasilan. Hal itu dikarenakan minimnya pengetahuan serta kemampuan dalam hal ini modalnya, namun memiliki kemauan untuk menjadi petani sawit.

Seperti yang disampaikan seorang warga Pelempay Jaya Kecamatan Ella Hilir, Rakimin. Pria paruh baya yang memiliki kebun sawit 3, 2 haktar itu sangat mengharaokan adanya pembinaan dari pemerintah, terutama terhadap penyediaan penyuluh yang mengerti dan bisa membimbing masyarakat dalam membangun perkebunan sawit mandiri.

Sebab menurutnya, sawit yang ditanamnya hingga berusia kurang lebih 3 tahun ini, belum juga berbuah. Hal ini tentu karena terkendala pengetahun, mulai dari bibit yang standar, serta cara yang sstandar dalam perawatannya belum dipahaminya, karena tidak ada yang membina. Sehingga setelah ditanah, hanya dengan sekali pupuk saja banyak para petani membiat perkebunan itu.

“Kami ini hanya ada kemauan. Sehingga memanfaatkan lahan yang ada untuk menanam sawit ini. inipun bibit yang ada kami tidak mengetahui asli apa tidak, namun ketika kami membeli sawit ini, ada diberikan kertas seperti sertifikat. Setelah ditanam, paling yang bisa kami lakukan hanya memupuknya sesekali, kemudian meenyemprotnya ketika rumput sudah lebat. Jadi sudah 3 tahun ditanam, belum juga berbuah, ini mungkin karena pengetahuan kami kurang terkait sawit, kemudian juga kurang biaya atau modal. Maka dari itulah kita berharap pemerintah bisa melakukan pembinaan, memberikan bantuan dan menyediakan penyuluh terhadap petani sawit mandiri,” ucapnya ditemui di Ella Hilir, kemarin.

Rakimin mengatakan, belum ada pelatihan serta belum ada penyuluh pemerintah serta dari peerusahaan maupun pihak lainnya yang melakukan pembinaan kepada petani sawit mandiri.

“Jadi kita mau tidak mau, karena ada kemauan kita laksanakan secara otodidak,” paparnya.

Hal senada juga disampaikan seorang petani sawit Desa Lengkong Nyadom, Maimunah. Ia mengatakan, bahwa dirinya bersama warga lain juga ada menanam sawit hingga berhaktar-haktar dalam satu hamparan. Namun sayangnya, sawit yang ditanam tersebut tidak pernah dirawat sesuai standar.

“Bbit saja kami mengumpulkan dari bibit buah-buah yang ada, sebagian juga ada yang beli. Namun karena tidak tau jenis apa dan sudah standar atau tidak. Kemudian setelah ditanam, tidak pernah kami rawat, karena tidak tau bagaimaana cara merawatnya. Makanya kami membutuhkan bantuan pemerintah dalam membina dan memberikan pelatiahn serta penyuluhan kepada kami,” paparnya.

Wanita yang akrab disapa dengan panggilan Nenek Mizon mengatakan, setelah sawit tersebut ditanam, kami hanya bisa berharap. “Kalaupun berbuah subur Alhamdulillah, kalaupun tidak ya sudahlah, paling bisa diambil umbutnya untuk makan,” pungkasnya.

Keluh kesah serta harapan petani sawit mandiri yang rata-rata hijrah dari mata pencarian perkebunan karet tersebut menjadi salah satu persoalan yang harus diperhatikan pemerintah. Baik itu memberikan pelatihan, serta memberikan bantuan dan menyediakan penyuluh bagi mereka. Sehingga kemauan berkebun sawit masyarakat, diimbangi dengan kemampuan dan pengetahuan.

Posting Terkait