TEMPUNAK, SKR.COM – Ketua Sekolah Adat Engkabang Rinda, Stefanus Rafael Yoyon mengatakan lahirnya sekolah Adat Engkabang Rinda ini merupakan bentuk dari keprihatinan terhadap para generasi muda saat ini yang cenderung mudah dan sudah terpengaruh akan budaya luar.
Mengenai hal tersebut, kata Yoyon, pada tanggal 13 Desember 2020, para pemuda-pemudi di Tempunak Hulu melakukan pertemuan bersama beberapa tokoh adat dan temenggung Tempunak Hulu di Kampung Remiang.
“Dikegiatan tersebut kami memperoleh kesempatan untuk berbicara mengenai adat istiadat, karena kami sebagai generasi muda sangat prihatin generasi muda sekarang ini yang sudah dan mudah terpengaruh akan budaya luar, maka dari itu kami anggota sekolah Adat Engkabang Rinda memutuskan untuk bisa lebih berkarya dan progres kedepannya melalui sekolah adat Engkabang Rinda ini,” terang Yoyon.
“Kami juga berusaha merangkul teman-teman yang belum bergabung bersama kami, agar kedepannya bisa lebih membawa teman-teman bergabung di sekolah Adat Engkabang Rinda. Mengingat juga di tengah laju era modernisasi dan globalisasi generasi muda cendrung lupa akan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam adat istiadat itu sendiri,” tambah Yoyon.
Selanjutnya dijelaskan Yoyon, melihat perubahan-perubahan yang sangat luarbiasa, Sekolah adat ini hadir guna memberikan semangat baru, harapan baru dan penyegaran baru bagi generasi-generasi penerus di Tempunak Hulu agar bisa dan mau melestarikan adat dan budayanya, mengingat arus globalisasi seperti saat ini yang sangat rentan akan terpengaruhnya anak-anak muda terhadap budaya luar.
“Kami generasi muda tentunya sangat bangga apabila kami bisa berhasil untuk melestarikan adat budaya kami sebagai masyarakat Adat Dayak Seberuang,” ungkap Yoyon.
Selain itu, kata Yoyon, Sekolah Adat Engkabang Rinda ini bertujuan juga untuk menciptakan atau membentuk kader-kader baru di masyarakat guna membentuk suatu perubahan menjadi pelaku utama pewaris adat dan budaya.
“Seperti yang terlihat pada acara launching ini, mulai dari acara adat penyambutan seperti besampi, silat, penari hingga penabuh gong melibatkan anak-anak muda, kami tidak melibatkan orang tua sama sekali, karena di samping kami mempraktekkannya secara langsung, kami juga mendapatkan nilai-nilai yang boleh hadir dalam kegiatan ini,” ujar Yoyon.
Yoyon berharap, sekolah Adat Engkabang Rinda ini bisa seperti pohon Engkabang yang dari bentuknya fisiknya saja sudah besar dan tinggi dan daunnya rindang serta buah Engkabang itu menghasilkan minyak untuk menggoreng semangat anak muda untuk bisa melakukan perubahan kedepannya. (*)