MELAWI, SKR.COM – Ketua Badan Sosial Pemadam Bahaya Kebakaran (BSPBK) Melawi, Feby Tio mengungkapkan hampir setiap hari pihaknya melakukan penanggulangan Karhutla. Bahkan saking banyaknya titik api, pernah dalam satu hari jajaran pemadam kebakaran swasta ini harus memadamkan empat titik api sekaligus.
“Karena begitu banyaknya titik api, tak semuanya bisa kita jangkau. Lahan yang terbakar ini sangat luas, sementara aksesnya kerap sangat terisolir sehingga sulit dimasuki kendaraan,” terangnya kepada awak media belum lama ini.
Lebih lanjut Feby mengatakan, tahun ini bisa dikatakan Karhutla yang terparah, karena BSPBK turun sampai keluar kecamatan Nanga Pinoh. Pemadaman ini melibatkan TNI-Polri, BPBD dan warga. Untungnya, BS-PBK juga dibantu hibah dua unit mesin portable dari BPBD serta selang dan perangkat pendukung seperti baju, celana sampai kacamata dan masker.
“Dengan luasnya kebakaran ini, memang Melawi ini perlu juga diusulkan untuk penambahan satu peleton tim Manggala Agni karena kerawanan Karhutla di Melawi sangat besar, mengingat banyaknya kawasan hutan lindung disini,” sarannya.
BSPBK, katanya, yang tergabung dengan satgas penanggulangan Karhutla yang dibentuk BPBD Melawi ini pun tak jarang harus berjibaku memadamkan api hingga seharian. Ia mengakui, banyak kendala di lapangan yang membuat petugas Damkar tak maksimal melakukan pemadaman.
“Banyak daerah yang sulit didapati sumber air, belum lagi yang memang tak mampu dijangkau petugas. Macam, Kamis kemarin, kita melakukan pemadaman di Nanga Pintas (kecamatan Pinoh Selatan). Ini sudah jauh keluar dari wilayah kita,” katanya.
Menurut Feby, karena begitu banyaknya lahan yang terbakar membuat tim satgas, termasuk damkar BSPBK hampir angkat tangan. Namun, karena anggotanya tetap semangat, maka tugas memadamkan api pun tetap dilakukan.
“Bayangkan, kalau sehari bisa sampai empat laporan. Setiap datang telepon, kita tak bisa elakkan. Karena warga tahunya kita yang mau dan bisa, jadi selalu ditelpon untuk diminta bantuan. Sementara laporan masuk terus ke kami,” katanya.
Awalnya, kata Feby, BSPBK hanya menanggulangi kebakaran di area pemukiman warga. Namun berjalannya waktu, masyarakat malah terbiasa dan menganggap armada damkarnya juga bisa membantu menanggulangi kebakaran lahan.
“Sehingga mau tak mau kami wajib turun untuk ikut menangani Karhutla. Semampu petugas di lapangan untuk melakukan pemadaman. Jadi kalau masih jarak 500 meter areal kebakarannya dari kendaraan, maka kami gunakan sambungan selang yang panjang. Tapi kalau tak terjangkau ya tak bisa kita padamkan,” pungkasnya. (DI)