MELAWI, SKR.COM – Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Melawi mengimbau agar masyarakat, khususnya para peternak sapi untuk tak memotong ternak betinanya yang masih produktif.
Imbauan ini disampaikan untuk mendorong produktivitas daging sapi di Melawi. Kabid Peternakan Distankan Melawi, Nining Yuliati mengungkapkan pihaknya terus menggelar sosialiasi terkait hal tersebut ke pelaku usaha dan juga para peternak sapi.
“Kita mensosialisasikan para pelaku usaha terkait jual beli sapi untuk tidak memotong sapi betina produktif, dikarenakan keberaadaan sapi betina ini dapat mendukung program UPSUS SIWAB (upaya khusus sapi/kerbau wajib bunting) yang diharapkan populasi ternak sapi bisa semakin meningkat,” katanya, kemarin.
Nining mengatakan keberadaan sapi betina dapat semakin sering diperhatikan oleh para peternak sapi di Melawi. Menurutnya, sapi betina ini sebenarnya dapat ditingkatkan kualitas reproduksinya dengan adanya program UPSUS SIWAB tersebut.
“Saat ini jumlah populasi ternak sapi ada 10.366 ekor di Melawi. Dari total tersebut ada 3.300 ekor sapi betina produktif. Kita juga melibatkan aparat kepolisian dalam sosialisasi ini,” katanya.
Nining menerangkan UPSUS SIWAB dilaksanakan dengan dua metode yakni inseminasi buatan (IB atau biasa disebut kawin suntik) serta kawin alam. Targetnya agar produksi sapi mengalami peningkatan.
“Ada lima inseminator di Melawi yang siap melayani dan mendukung UPSUS SIWAB. Dengan adanya program ini kita harapkan agar paling tidak dalam setahun, indukan sapi ini melahirkan anak sapi,” katanya.
Yang jadi hambatan dalam pelaksanaan inseminasi buatan ini, lanjut Nining adalah banyaknya peternak sapi di Melawi yang memelihara sapi secara ekstensifikasi atau dilepas di lahan dengan luasan tertentu. Pola pemeliharaan seperti ini menyulitkan peternak untuk memantau kondisi birahi sapi betinanya.
“Untuk SIWAP ini memang perlu ada kandang khusus, sehingga memudahkan inseminator melakukan kawin suntik. Dinas bisa melakukan pengecekan reproduksinya. Sedangkan untuk semen beku yang akan disuntikkan pada sapi persediannya ada untuk jenis sapi bali, sapi limousin dan sapi simental,” terangnya.
Sementara itu, Bupati Melawi, Panji menilai program pengendalian pemotongan sapi betina memang harus terencana, termasuk percepatan produksi sapi di tingkat petani.
“Yang memang harus diatur adalah hewan sapi atau kerbau betina yang produktif. Kita berharap ada kemandirian daging serta menjadi meningkatkan taraf penghasilan maupun ekonomi petani dan para peternak sapi kedepan,” katanya.
Dikatakan Panji, memang agar tercapai keseimbangan, tidak bisa pemotongan sapi dilakukan tanpa terkendali dengan baik. Pada para peternak sapi dan kerbau harus ada perencana yang baik dalam berternak hewan ini.
“Perhatian pemerintah sudah cukup untuk membuat cara pemotongan hewan yang tidak bebas. Artinya ada aturan agar produksi daging sapi ini terus terjaga,” pungkasnya. (Edi)