SINTANG, SKR.COM – Pemilihan Umum (Pemilu) serentak untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota yang berlangsung bulan April 2019 lalu sudah usai. Hasil dari pemilihan tersebut ditandai dengan telah dilantiknya para wakil rakyat, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan pusat.
Demikian pula presiden terpilih, Joko Widodo (Jokowi) dan wakilnya Ma’ruf Amin telah dilantik pada 20 Oktober 2019, sehingga para eksekutif hanya menunggu susunan kabinet yang akan segera memulai kerjanya membangun negeri tercinta, Indonesia.
Ditengah “teka-teki” dan “harap-harap cemas” terselip harapan siapa saja yang akan diminta bersedia membantu Presiden dan Wakil Presiden. Kini semakin santer isu terutama menyangkut personal dan tentunya cukup menarik untuk disimak dan diperhatikan.
Pendapat khalayak yang masih bersifat opini mulai dari kalangan elit politik hingga akar rumput terus mengemuka menghiasi ruang publik media. Terlebih setelah beberapa saat Presiden Jokowi melangsungkan pertemuan dengan sejumlah tokoh politik (dari partai koalisi maupun oposisi dalam Pemilu), memanggil beberapa personal ke Istana Negara. Itu semua merupakan salah satu komunikasi politik yang sedang dilakukan.
Lepas dari kepentingan politik tertentu, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang, Sandan berharap bangsa kita, bangsa Indonesia harus terus berkembang, terus maju, dan pastinya menuju masa depan yang lebih baik.
Untuk menjadi negara maju dan menuju masa depan yang lebih baik, kata Sandan, tentu harus terkonsep dalam sebuah visi, misi dan strategi nasional yang dususun melalui perencanaan matang, tersistem, terstruktur, terkoordinir dan dalam pelaksanaannya semua unsur dapat bekerjasama secara lintas bidang/sektoral guna mencapai tujuan bersama.
“Artinya, semua elemen perlu bekerja bersama dengan lebih keras guna meraih mimpi Indonesia maju,” katanya, belum lama ini.
Untuk mewujudkan semua itu, diakuinya tidaklah semudah mengembalikan telapak tangan. Sebab semua elemen harus terlibat. Makanya persatuan dalam bentuk kegotongroyongan, bermusyawarah dan bermufakat sangat diperlukan untuk membangun negeri.
“Sehingga kita tidak terkotak-kotak dan selalu “gontok-gontokan” berebut jabatan (yang cenderung diartikan sebagai kekuasaan) dan pada gilirannya hanya membuahkan kondisi yang kontraproduktif. Hasilnya, pembangunan pun menjadi stagnan,” pungkasnya.