Wabup, Sintang Punya Hutan Alam Hayati Terbesar di Indonesia

SINTANG, SKR.COM – Setiap sore hari, puluhan ekor kera yang tingal dan hidup di hutan wisata baning selalu berkumpul di sepanjang jalan kelam untuk memakan aneka jenis buah-buahan yang ada di samping jalan kelam tersebut. Jenis kera ini sangat unik, warna bulunya agak merah dan mukanya hitam.

Ini membuktikan Sintang memiliki keunikan karena memiliki sebuah hutan alam yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat lengkap dan terluas se Indonesia. Demikian disampaikan Wakil Bupati Sintang Askiman saat membuka Seminar Nasional Pendidikan Biologi di Pendopo Bupati Sintang pada Rabu,lalu.

“Kita memiliki hutan alam di tengah kota yang satu-satunya di Indonesia. Dulu luasnya mencapai 500 hektar. Ada banyak tumbuhan dan keanekaragaman hayati yang sangat banyak. Hutan wisata baning bisa dijadikan laboratorium hayati yang seharusnya bisa dibanggakan dan dijadikan tempat belajar. Untuk itu selayaknya kita semua bisa menjaganya dengan baik. Teman-teman di Prodi Biologi Universitas Kapuas harus memanfaatkan hutan wisata baning sebagai tempat belajar dan ikut menjaganya”harap Askiman.

“Saya merupakan salah satu pendiri Unka bahkan pernah mengajar, maka kami sangat mendukung Unka untuk terus maju dan berkembang dengan menambah beberapa fasilitas pendukung sehingga ke depannya Unka bisa menjadi sebuah lembaga pendidikan berkualitas. Seminar ini saya harapkan menghasilkan sebuah rekomendasi yang baik sebagai bahan kami melaksanakan kebijakan di bidang kehutanan, perkebunan dan pelestarian keanekaragaman hayati di kabupaten sintang. Hasil seminar ini diharapkan bisa dipublikasikan dan diserahkan kepada pemkab sintang. Kabupaten Sintang pernah hidup banteng dan badak, namun sejak 1990 sudah punah. Begitu juga burung enggang dan orangutan juga sudah mulai punah. Saya berpendapat para peminat keanekaragaman hayati bisa melakukan penelitian penyebab kepunahan beberapa spesies yang pernah dimiliki Kabupaten Sintang” tambah Askiman.

Nur Hadiah Ketua Panitia menyampaikan seminar ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari pendidikan nasional dan dies natalis FKIP Unka yang kelima. “Selain seminar, kami juga melaksanakan lomba mewarnai tingkat TK- PAUD dan SD, lomba pembuatan  poster,  lomba cerdas cermat, lomba karya tulis ilmiah. Kami juga sudah  mengunjungi beberapa tempat wisata seperti bukit kelam, motor bandung, dan keraton sintang. seminar ini mengambil tema peran pendidikan dalam pengelolaan keanekaragaman hayati sebagai sumber belajar dimasa depan dengan narasumber Prof. Dr. Drs. Marzuki, M. Ed, MA.SH Guru Besar FKIP Untan,  Lily Lidya S. Hut, MP dari Balai Taman Nasional Betung Kerihung dan Dirk-Jan Oudshoorn, M. SC Yayasan Masarang.

Dekan FKIP Unka Ria Hutagalung menyampaikan Kabupaten Sintang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dan lengkap, sehingga kita semua layak menjaganya dengan baik. “Kami ingin terus mendorong seluruh elemen masyarakat untuk kuat menjaga alam yang sudah menjadi tempat kita belajar” terang Ria Hutagalung.

Rektor Unka Petrus Atong mendorong agar seluruh mahasiswa di Unka untuk bisa menyelesaikan studi tepat waktu, dan mendorong re-akreditasi B FKIP Unka pada 2018, dan re-akreditasi B untuk insitutsi Universitas Kapuas Sintang. “Kami ingin membangun gedung laboratorium untuk menunjang proses belajar di Prodi Biologi sehingga kami bisa terus melayani masyarakat di kawasan timur Kalbar” terang Petrus Atong.(Hms)

Posting Terkait