Jarot: Kita Sudah Bentuk Forum Koordinasi Kelapa Sawit Berkelanjutan

Bupati Sintang, Jarot Winarno saat menjadi salah satu narasumber tentang sawit melalui live streaming, Rabu (8/4/2020).

SINTANG, SKR.COM – Bupati Sintang, Jarot Winarno mengatakan, bahwa pihaknya sudah membentuk Forum Koordinasi Kelapa Sawit Berkelanjutan Kabupaten Sintang, dan sudah melaksanakan 13 langkah untuk menuju RSPO dan ISPO seluruh kebun sawit di Kabupaten Sintang.

“Tentu itu untuk mendukung sawit yang berkelanjutan, kami juga sudah dan akan mengeluarkan 7 keputusan, diantaranya tentang tanggungjawab sosial perusahaan, pembangunan tanah kas desa, rencana aksi daerah kelapa sawit berkelanjutan, draft Peraturan Bupati Sintang tentang kawasan penting Kabupaten Sintang dan draft Peraturan Bupati Sintang tentang rencana induk perkebunan Kabupaten Sintang,” ujar Jarot, saat menjadi narasumber diskusi tentang sawit, Rabu (8/4/2020)..

Tak hanya itu, Jarot juga mengatakan, sudah berkoordinasi untuk pencegahan tumpang tindih lahan, dimana sudah dilakukan dan tumpang tindih pada 4 perusahaan sudah diselesaikan semua.

“Pemprov Kalbar sudah mewajibkan, setiap perusahaan untuk mewajibkan 7 persen HGU dalam bentuk hutan. Kita juga sudah mencabut 10 izin perusahaan sawit karena masalah performance perusahaan dan tumbang tindih lahan dengan perusahaan lain dan hutan. Ada kami memberikan ijin, tetapi kami mewajibkan mereka untuk ISPO dan RSPO,” terangnya.

Baginya kata Jarot, kebun sawit yang mensejahterakan itu harus ada kemitraan, membina desa binaan, sustainabillity, mengikuti standar ISPO dan RSPO, izin dari tokoh masyarakat setempat.

“Karena mereka yang tahu dimana kuburan dan tembawang, pemetaan yang melibatkan masyarakat, dan harus ada wilayah konservasi” pungkasnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Serikat Petani Kelapa Sawit, Mansuetus Darto yang juga menjadi narasumber menjelaskan, kaitan antara sawit dengan indutri, petani dan merebaknya Covid-19.

“Akibatnya merebaknya Covid-19 ini, permintaan akan sawit menurun dan menyebabkan harga TBS juga turun, karena ada lockdown di pasar sawit Indonesia,” katanya.

Bagi petani sawit, biaya hidup semakin tinggi seiring kenaikan harga sembako. Biaya angkut TBS juga naik. Ia memberikan apresiasi semua langkah yang sudah dilaksanakan oleh Pemkab Sintang dalam menjaga sawit yang berkelanjutan seperti pembangunan Training Center di Desa Pelimping Kecamatan Kelam Permai yang sudah siap untuk melatih petani.

Sementara itu, Teguh Surya, Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan menyampaikan dukunganya kepada Kabupaten Sintang dalam rangka pengembangan varietas lain selain sawit seperti kopi, kakao, teh atau yang lainnya.

“Kami juga berharap Pemkab Sintang terus melakukan evaluasi dan melakukan langkah penting jika ada masalah dalam hal perkebunan kelapa sawit ini,” katanya.

Kalau ISPO dijalankan dengan baik, maka ekonomi masyarakat akan terjaga. Jaga agar jangan ada konversi hutan menjadi kebun sawit.

“Sawit belum menjadi hal yang membanggakan dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani saat ini. Resiko gagal lebih banyak dibebankan kepada petani,” pungkasnya. (pul)

Posting Terkait