SEKADAU – SKR: Inilah legenda asal mula Batu Kenyalau di Desa Mungguk yang terletak di tepi Sungai Sekadau, sekitar empat ribu meter dari muara sungai tersebut.
Menurut para sepuh di wilayah pesisir Sekadau, Batu Kenyalau pertama kali ditemukan sekitar seribu tahun silam. Konon, kemunculan bebatuan itu disertai peristiwa alam berupa badai yang disertai petir.
Alkisah, terdapat sebuah kerajaan kecil Suku Dayak di Sekadau bernama Kenyalau. Letaknya di tepi Sungai Sekadau. Kerajaan makmur ini dipimpin seoang raja kejam yang dijuluki Raja Bengis. Karena bergelimang materi, banyak warga Kenyalau yang berubah menjadi tamak dan lupa diri.Warga miskin tak digubris. Orang kaya bertambah sedangkan yang miskin semakin kelaparan.
Suatu ketika, Raja Bengis menggelar pesta megah untuk pernikahan anaknya. Tamu dari kalangan raja-raja lain serta pembesar-pembesar berdatangan dari berbagai daerah. Para undangan pun termasuk orang-orang kaya di negeri ini berpesta pora. Mereka menikmati beragam makanan dan minuman yang serba lezat.
Dari kejauhan, seorang anak perempuan miskin berdiri menyaksikan pesta pora itu. Anak yatim piatu yang berpakaian compang-camping ini kelaparan. Ia tinggal bersama neneknya di sebuah gubuk tengah ladang yang jauh dari perkampungan.
Tak lama kemudian, seorang pelayan memberinya makanan berbungkus daun pempan. Saking gembiranya, bocah perempuan itu langsung bergegas pulang ke pondoknya. Sang nenek senang melihat cucunya membawa makanan. Sudah dibayangkan isinya adalah nasi dan lauk pauk daging yang sangat lezat.
Tak tahan lagi menahan lapar, anak perempuan itu segera melahap makanan itu. Mendadak si anak tersedak dan menangis. Daging itu ternyata adalah lem keras menyerupai daging. Warga setempat menamakannya ‘kruin’, sejenis lem untuk menambal perahu. Merasa dipermainkan, wanita renta itu berniat membalas. Perbuatan pelayan itu serta sifat kejam Raja Bengis selama ini dianggapnya sudah sangat keterlaluan.
Nenek itu bergegas membawa cucunya menuju pesta pernikahan. Namun di dekat halaman istana, sang nenek tertegun. Raja Bengis, rakyat dan tamu-tamu dari luar daerah sedang mengelilingi seekor anjing.
Mereka terbahak-bahak gembira menyaksikan seekor anjing yang sengaja didandani pakaian. Anjing itu melolong-lolong karena disakiti oleh orang-orang yang mengerumuninya. “Sebentar lagi mereka akan dimurka oleh Tuhan,” kata nenek itu sambil berlari kembali ke ladang bersama cucunya.
Begitu tiba di pondoknya, nenek itu berdoa kepada Tuhan supaya menghukum orang-orang itu. Mendadak petir mengamuk di langit disertai suara guruh memekakkan telinga. Kilatannya menyambar dahsyat ke arah orang-orang yang sedang berpesta pora itu. Dan, terjadi peristiwa ajaib. Kerajaan itu berubah menjadi bebatuan yang berserakan di dalam dan tepi sungai.
Sayangnya, keberadaan bebatuan legenda itu belum menjadi objek wisata resmi oleh Pemkab Sekadau.Sabtu,(14/11) Padahal, Batu Kenyalau bisa menjadi tempat wisata yang sangat menarik karena ada legendanya.
Namun,Batu Kenyalau sebenarnya direncanakan menjadi salah satu objek wisata andalan. Legenda mengenai bebatuan itu dari warga yang mengetahuinya sangat diperlukan untuk mempromosikannya sebagai objek wisata. (Yahya)