Pemkab Melawi Kembali Evakuasi 342 eks Gafatar Ke Prov Kalbar

????????????????????????????????????

MELAWI, SKR.COM – Pemerintah Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, kembali memberangkatkan 342 jiwa eks Garakan Fajar Nusantara (Gafatar) ke Provinsi Kalbar.

Keberangkatan 342 eks Gafatar ini merupakan tahap ke empat, dengan menggunakan 9 unit bus, pada Minggu (24/1/2016).

Tahap pertama pada Kamis (21/1/2016)  Pemkab Melawi memberangkatkan 183 jiwa  menggunakan 4 unit bus,  tahap kedua  pada Sabtu (23/1/ 2016)  memberangkatkan 36 jiwa dengan menggunakan 1 unit bus.

Kemudian dihari yang sama ditahap ke 3 pada Sabtu (23/1/ 2016) , Pemkab memberangkatkan 240 jiwa dari Polres Melawi menggunakan 6 bus, dan ditahap ke 4 ini, ada 342 jiwa dengan menggunakan 9 unit bus.

Dua keluarga ibu yang hamil ketika berbicara kepada dr Sien, meminta agar mereka diberangkatkan bersamaan dengan teman-temannya yang menggunakan bus

Dua keluarga ibu yang hamil ketika berbicara kepada dr Sien

Sekda Pemkab Melawi, Ivo Titus Mulyono mengatakan, bahwa sebelum tahap 3 ini diberangkatkan, jumlah yang dievakuasi ke pendopo ada sebanyak 461 jiwa.

Sementara masih ada lagi 21 jiwa dilokasi kecamatan Ella Hilir, yang masih mengurus harta bendanya.

“Yang diberangkatkan ini 342 untuk mencukupi 9 bus aja dulu. Sisanya masih menunggu keberangkatan berikutnya, sebab bus tidak ada lagi, hanya ada 9 unit ini saja,” katanya saat ditemui di lokasi pengungsian sementara yakni di Pendopo Rumah Jabatan Bupati Melawi, Minggu (24/1).

Sebelum diberangkatkan  461 jiwa warga eks Gafatar harus mengungsi di pendopo untuk menunggu keberangkatan. Sementara setelah diberangkatkan, sisanya juga masih harus menunggu keberangkatan berikutnya, sambil menunggu 21 orang yang masih berad di lokasi.

“Sisanya kemungkinan besok, sebab sudah tidak ada bus lagi yang bisa digunakan. Sambil menunggu kedatangan 21 orang yang berada di lokasi Kecamatan Ella Hilir yang masih mengurus harta bendanya disana,” ucapnya.

Anehnya, jumlah jiwa kelompok eks Gafatar yang berada di Melawi pada saat dievakuasi semakin bertambah. Bahkan dalam proses evakuasi ke Pontianak, masih saja ada yang ditemukan di dalam kota.

“Ini katanya adalgi 9 orang yang berada diTanjung Lay,” ucapnya.
Terkait evakuasi yang dilakukan pihak Pemkab Melawi, rata-rata kelompok eks Gafatar mengakui pasrah dan menerima. Seperti yang disampaikan salah satu dari kelompok Eks Gafatar Mulyono.

Dirinya bersama keluarganya yang sebelumnya hanya mengadu nasib ke Kalimantan dengan bertani mengikuti kelompok eks Gafatar tersebut, tidak bisa berkata banyak.

“Ya, mau bagaimana lagi bang. Kami tetap menerima, meskipun kami sudah mengorbankan seluruh harta kami yang ada di Jakarta dengan dijual untuk modal ke Nanga Pinoh. Tapi karena sudah keputusan pemerintah kami tidak bisa berbuat apa-apa,” ucapnya.

Ratusan jiwa eks Gafatar berada di pengungsian di pendopo rumah Jabatan Bupati Melawi

Ratusan jiwa eks Gafatar berada di pengungsian di pendopo rumah Jabatan Bupati Melawi

Mulyono menceritakan, sebelum dirinya ke Melawi, dirinya bekerja serabutan di Jakarta. Namun karena semakin hari semakin sulit mendapatkan pekerjaan, dirinya diajak temanya untuk ikut mengadu nasib bersama kelompok eks Gafatar tersebut.

“Sebelumnya saya kerja serabutan bang. Kadang makan, kadang tidak bang. Mana bantuan pemerintah juga saya tiak pernah dapat bang, sebab adanya pilih kasih. Pengurusnya seperti RT atau kelurahan disana tidak benar-benar melihat yang tidak mampu. Malah ada yang kaya yang dapat bantuan. Nah kami tidak pernah dapat. Makanya saya ikut teman mengadu nasib dengan bertani bang. Untuk bergabung kesini saya menjual semua harta saya di Jakarta, untuk modal beli lahan,” kisahnya.

Mulyono kini tidak tau mau kemana ia akan mengajak keluarganya. Sebab jika dipulangkan ke kampung halaman pun, dirinya sudah tidak ada tempat tinggal dan sudah tidak ada keluarga di Jakarta.

“Entahlah bang mau kemana di Jakarta. Keluarga sudah tidak ada, harta saya juga sudah habis bang. Ikuti ajalah bang,” ucapnya.

Mulyono salah satu potret kehidupan yang kurang mendapatkan perhatian pemerintah, sehingga memilih jalan dengan mengadu nasib mengikuti kelompok eks Gafatar. Hal tersebut  patut menjadi catatan Pemerintah agar tidak ada lagi yang merasa tidak diperhatikan di Negeri ini. (Irawan)

Posting Terkait