Polres Sintang Amankan 17 Orang Pelaku PETI

SINTANG, SKR.COM – Jajaran Polres Sintang mengamankan 17 orang pelaku Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) di kecamatan Sintang, pada Selasa (10/04/2018).

Penindakan dan penertiban aktivitas PETI kata Kapolres Sintang, AKBP Sudarmin dilakukan tanpa tebang pilih.

“Dalam operasi Ops PETI Kapuas 2018 kita amankan 17 orang pelaku PETI beserta sejumlah barang bukti untuk kegiatan PETI,” katanya.

Ia menjelaskan, operasi penertiban Peti Kapuas 2018, merupakan operasi kewilayahan Polda Kalbar dan jajaran Polres.

“Jadi, saat ini 17 orang pelaku yang kita amankan sedang proses pemeriksaan. Berdasarkan hasil pemeriksaan itu, nanti akan ditentukan mana yang layak atau tidak untuk dijadikan tersangka setelah melalui proses gelar perkara,” bebernya.

Dalam proses pemeriksaan pihaknya akan mempertanyakan kemana para pekerja menjual hasil Peti. “kemudian , kami akan tindaklanjuti,” sebutnya.

Sudarmin juga menegaskan akan memproses jika ada anggota yang bermain dalam kasus Peti. “Jika ada yang bermain tentu akan kita proses,” tegasnya.

Menyikapi pencapaian ini, satu diantara warga Sintang, Suhardin merasa merasa miris dengan apa yang dilakukan Jajaran Polres Sintang.

“Sedih saya bacanya, Pak. Bapak ke mana saat puluhan alat beroprasional di depan Pos Airud. Siapa yang bertanggungjawab atas pembiaran tersebut. Harusnya, tangkap juga dan masukkan bersama orang-orang yang Bapak tangkap kemarin,”tuturnya.

DIa meminta kepada pihak Polres Sintang untuk mengamankan dan musnahkan juga puluhan bahkan ratusan lanting PETI yang sekarang berjejer di sungai.

“Inikan lagu lama. Setelah razia, mereka kembali kerja lagi. Apakah karena mereka bisa bermain hingga tau kapan ada razia. Coba Bapak cek orang-orang yang telah ditangkap. Mesin apa yang digunakan mereka? Di darat/sungai? Lantas yang kerja di sungai menggunakan mesin kapasitas besar ke mana? Beruntung sekali mereka yang dapat kabar sebelum razia. Inikah keadilan di negeri kita.”ungkapnya lagi.

Menurut Suhardin,penjara bukan solusi dalam menuntaskan hal ini. “Anak mereka menangis mencari ayahnya. Orangtua mereka sakit memikirkan anaknya,”pungkas Suhardin. (*)

Posting Terkait