MELAWI, SKR.COM – Kalah sebelum berjuang, itulah ungkapan yang pantas bagi para Guru Garis Depan (GGD) yang mengundurkan diri sebelum penempatan di Melawi. Kondisi ini tentunya mengecewakan, mengingat keberadaan guru tersebut sangat dibutuhkan guru Melawi.
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Melawi, H. Joko Wahyono ditemui belum lama ini mengungkapkan, berdasarkan informasi dari Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Melawi, awalnya akan ada 118 guru dari total 146 kuota GGD yang ditempatkan di Melawi. “Hanya belum sampai penempatan, ternyata sudah berkurang lagi sebanyak lima guru. Sehingga sekarang tinggal 113 GGD saja,” terangnya.
Alasan pengunduran GGD tersebut, papar Joko juga tak diketahui persis sebabnya. Namun, Ia menduga adanya kemungkinan kalau para guru ini merasa tak cocok ditempatkan di daerah terpencil yang begitu jauh dari tempatnya berasal. Karena rata-rata GGD justru didominasi guru dari luar daerah. “Karena mereka yang mundur itu semuanya bukan putra daerah Melawi, kebanyakan luar Kalimantan. Ada yang berasal dari Sumatera atau Jawa,” katanya.
Melawi. Joko hanya berharap GGD yang tersisa masih tetap berkomitmen untuk mau mengajar di daerah 3T di kabupaten Melawi. “Kita minta mereka jangan mengundurkan diri karena saat mendaftar GGD sudah tahu kalau akan ditempatkan di daerah terpencil, terluar dan terdepan,” katanya.
Sementara, lanjut Joko, sebenarnya banyak putra daerah Melawi yang ikut mendaftar menjadi guru lewat program GGD. Namun, mereka terbentur usia yang sudah diatas 35 tahun sehingga gagal lulus administrasi. Padahal, kuota yang dibutuhkan cukup banyak.
Sementara itu, H. Heri Iskandar, selaku anggota Komisi I DPRD Melawi mengatakan, sangat disayangkan pengunduran yang dilakukan GGD sebelum penempatan. Sebab Melawi sangat kekurangan guru di pedalaman. “Dengan kejadian ini, tentu pemerintah Melawi perlu mengantisipasi terjadinya pengunduran susulan dari GGD, dengan menyiapkan fasilitas kebutuhan GGD di Melawi,” ungkapnya.
Menydiakan fasilitas bagi GGD, menurut Heri, adalah salah satu trik agar umar bakri tersebut betah dan bertahan ditempat tugasnya. “Kalau gaji serta tunjangan itukah sudah lansung dari pusat. Apa salahnya jika fasilitas pendukung seperti rumah dinas guru disediakan oleh Pemkab Melawi,” paparnya.
Menurut Heri, fasilits seperti rumah dinas guru di sekolah-sekolah yang berada di pedalam masih sangat minim. Karena masih banyak terdengarinformasi guru yang bertugas dipedalaman tidak jarang menumpang di rumah penduduk sepetempat. Kalaupun terdapat rumah dinas guru, kondisinya sudah tidak laytak huni, sehingga para guru tidak berani menempatinya.
“Hal ini perlu menjadi pertimbangan bagi pemerintah. Artinya bagaimana membuat GGD ini betah dalam bertugas dalam mendidik di pedalaman-pedalaman Melawi. Jangan sampai GGD yang masih bertahan nantinya susul menyusul dalam hal mengundurkan diri,” paparnya.
Terhadap GGD, juga seharusnya siap ditempatkan dimanapun berada. Yang mana tentunya sudah ada perjanjian kerja ataupun sumpah para GGD dalam menjalankan tugas. “Jadi mental juga harus dipersiapkan dalam mendidik dan bertugas sebagai guru,” pungkasnya. (edi)